Laporan Praktikum Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air


LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air

Hasil gambar untuk Lambang untan 

Oleh:

Estamia Putri Hinely Siahaan
F05112057

  


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014






                                                                Abstrak

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut. Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari protoplasma sel.setiap tumbuhan memerlukan air sehingga terjadilah peristiwa osmosis. Osmosis adalah difusi air melalui selaput permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial air. Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Untuk mengukur tekanan osmosis dan potensial air digunakanlah Alat yaitu mikroskop, pisau, silet, pinset tabung reaksi, gelas objektif,dan gelas penutup. Bahan yang digunakan yaitu daun Rhoe discolor, dan larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi. Sedangkan pada percobaan penetapan potensial air jaringan tumbuhan, bahan yang digunakan yaitu kentang, akuades, larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi. Berdasarkan praktikum osmosis yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Dan pada praktikum potensial air mengatakan bahwa air bergerak dari potensial air  tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis.

     Kata kunci : tekanan osmosis, plasmolisis, konsentrasi, potensial air




Pendahuluan

Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998).
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica, 2009).
Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif (Loveless, 1991).
Menurut Salisbury (1995), selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:
PA = PO + PT
Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka nilai PA = PO
Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis (Salisbury, 1995).
Menurut Sasmita (1996), metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4 x MT
   273
Dengan : TO = Tekanan Osmotik
      M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
       T = Temperatur mutlak (273 + t°C)

Sitoplasma biasanya bersifat hypertonis (potensial air tinggi) dan cairan di luar sel bersifat hypotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis (Bidwell, 1979).

Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara difertensial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi melekul lain dikatakan permeabel secara diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis ( Salisbury,1995).
Suatu percobaan yang menunjukan proses osmosis adalah suatu percobaan yang mengamati suatu lubang bawah dari tabung gelas ditutup dengan selaput. Selaput itu berfungsi sebagai membran permeabel secara differensiasi, yang meloloskan melekul-molekul air secara cepat, tetapi menghalangi molekul yang lebih besar (Dwidjoseputro,1984).
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel.dalam keadan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia.potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah (Basahona, 2011).
Huruf yunani psi (Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu sistem, apakah system itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial air dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Basahona, 2011).
Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air, PA (ψ, psi) penting untuk diketahui agar dapat dimengerti pergerakan air di dalam sistem tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar, atm, seperti satuan tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih rendah. Jadi difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam energi bebas dari partikel-partikel yang berdifusi (Ismail, 2011).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir (Ismail, 2011).
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
(PA = PO + PT + PM)
Dimana            Ψw = potensial air suatu tumbuhan
                        Ψs = potensial osmotik
                        Ψp = potensial tekanan  atau turgor
Ψm = potensial matriks (Ismail, 2011)
Menurut Ismail 2011, potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut. Tandanya selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya ditandai dengan bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif. Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu, persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
Ψw = Ψs + Ψp (PA = PO + PT)
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan dalam suatu seri larutan sukrosa atau manmitol (non-elektrolit) yang diketahui konsentrasinya (Ismail, 2011).
Analisis kuantitatif potensial air. Pengaruh gabungan dari tekanan dan konsentrasi zat terlarut ini terhadap potensial air ditulis dalam persamaan berikut ini :
Ψ = Ψp + Ψs
dimana Ψp adalah potensial tekanan (tekanan fisik suatu larutan) dan Ψs adalah potensial zat-zat terlarut, yang sebanding dengan konsentrasi zat-zat terlarut dari suatu larutan. (Ψs juga disebut potensial osmotik.) Tekanan pada suatu larutan (Ψp) bisa berupa suatu bilangan yang positif atau negatif (tegangan, suatu tekanan negatif). Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (Ψs) selalu negatif, dan semakin besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai Ψs (Campbell, 2004).
            Garam (NaCl) mempunyai nilai osmosis yang cukup tinggi (Kimball,1983), menyatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yangpermeabel secara deferensial dari satu konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Keadaan osmosis tinggi (kandungan garam) pada sel tumbuhan menyebabkan cekaman, berupa plasmolisis (penyusutan) di dalam sel tumbuhan.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel.
     Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum ini adalah mengenai bagaimana peristiwa dan cara mengukur tekanan osmosis cairan sel dan potensial air.
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 April 2014 pukul 12.30 WIB di Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Alat yang digunakan yaitu sebuah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, silet, pinset, tabung reaksi, buku gambar, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu akuades, daun Rhoe discolor yang masih segar. Cara kerja yang dilakukan yaitu 7 buah tabung reaksi disiapkan dan kemudian diisi larutan glukosa atau sukrosa ke dalam tabung kira-kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk konsentrasi . Kemudian,  lapisan tipis epidermis yang berwarna ungu disayat dengan menggunakan pisau silet. Lalu, sayatan terebut diperiksa apakah cukup baik untuk digunakan. Apabila cukup repreentatif, sayatan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan catat waktu mulai perendaman. Sayatan dalam larutan tersebut dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, sayatan epidermis tadi diperiksa dari berbagai  konsentrasi gula dengan mikroskop. Cari larutan gula dimana 50 % dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Sel pada keadaan insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan potensial osmotik larutan yang digunakan.   Potensial osmotik sel ditentukan pada insipien plasmolisis.

General applicability of the technique; preparation and performance of porous cellulose and other membranes; transport of substances through membranes; concentration polarization effects; use as a general concentration technique; separation of mixed solvents in aqueous solution; separation of mixtures of organic liquids; some applications and engineering developments. Although little space is given to specific applications, the approach of considering the subject as a unit process in chemical engineering should make this monograph of value to specialists in the food and dairy industries (Sourirajan, 1978).








Metodologi

     Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 April 2014 pukul 12.30 WIB di Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Alat yang digunakan yaitu sebuah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, silet, pinset, tabung reaksi, buku gambar, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu akuades, daun Rhoe discolor yang masih segar. Cara kerja yang dilakukan yaitu 7 buah tabung reaksi disiapkan dan kemudian diisi larutan glukosa atau sukrosa ke dalam tabung kira-kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk konsentrasi . Kemudian,  lapisan tipis epidermis yang berwarna ungu disayat dengan menggunakan pisau silet. Lalu, sayatan terebut diperiksa apakah cukup baik untuk digunakan. Apabila cukup repreentatif, sayatan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan catat waktu mulai perendaman. Sayatan dalam larutan tersebut dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, sayatan epidermis tadi diperiksa dari berbagai  konsentrasi gula dengan mikroskop. Cari larutan gula dimana 50 % dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Sel pada keadaan insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan potensial osmotik larutan yang digunakan.   Potensial osmotik sel ditentukan pada insipien plasmolisis.  Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel. Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum ini adalah mengenai bagaimana peristiwa dan cara mengukur tekanan osmosis cairan sel dan potensial air.Sedangkan metode yang kami gunakan untuk pengamatan penetapan potensial air pada  jaringan tumbuhan yatu: Pertama yang dilakukan menyiapkan 6 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M, 0.5 M, 0.15 M, 0.30 M, 0.45 M, dan 0.60 M. Kemudian, umbi kentang diambil menggunakan cork borer dengan diameter 1 cm dengan masing-masing panjang 4 cm dan bagian kulitnya dihilangkan. Silinder umbi tadi diletakkan di sebuah wadah tertutup. Tahap ini harus dilakukan dengan cepat. Dengan menggunakan pisau silet, silinder kentang tadi diiris tipis- tipis dengan tebal 1-2mm. Irisan kentang tadi dibilas dengan akuades dan dengan cepat dikeringkan menggunakan kertas hisap dan ditimbang. Selanjutnya, irisan umbi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam satu diantara larutan sukrosa yang telah disiapkan. Hal ini dilakukan pada setiap silinder kentang untuk masing-masing larutan berikutnya.  Setelah perendaman selama 2 jam, irisan-irisan umbi tadi dikeluarkan dari masing-masing tabung. Kemudian dikeringkan dengan kertas hisap, lalu ditimbang untuk mengetahui berat akhir setelah diberi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk semua percobaan. Untuk menghitung perubahan berat digunakan rumus:

% perubahan berat =  x 100 %
Kemudian dibuat grafik dan diplotkan persen perubahan berat pada ordinat dan konsentrasi larutan sukrosa pada absis. Potensial air dalam jaringan dapat diperoleh dengan menghitung terlebih dahulu  potensial osmosis (ψs) untuk masin-masing konsentrasi larutan sukrosa dengan menggunakan rumus –φs = C.i.R.T. Selanjutnya poensial dari larutan-larutan lainya ditentukan dengan menggunakan rumus:  = . Kemudian ditentukan konsentrasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahanberat dengan menginterpolasikan dari grafik. Dihiutng ψs dari larutan. Nilai ψs tersebut sebanding dengan potensial air (ψs) jaringan.










Tabel hasil pengamatan

Preparat
Konsentrasi
Jumlah sel sebelum direndam
Jumlah sel yang terplasmolisis
Presentase plasmolisis
Preparat 1
0,14
105
7
6,67%
Preparat 2
0,20
98
68
69,38%
Preparat 3
0,26
258
8
3,1%


   Pada praktikum ini bertujuan untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel. Bahan yang digunakan adalah sel epidermis daun Rhoe discolor yang dikupas bagian lapisan epidermisnya dengan memakai larutan sukrosa pada konsentrasi yang berbeda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,pada konsentrasi sukrosa  0,14; 0,20 dan 0,26  M diperoleh bahwa perlakuan pada larutan sukrosa 0,14 M yang memiliki ± 50% sel yang terplasmolisis yang disebut plasmolisis insipien. Menurut Salisbury dan Ross (1992), larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmoilisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun Rhoeo discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam larutan sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai molaritasnya. Sedangkan pada praktikum umbi kentang yang bertujuan untuk mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang (Solanum tuberosum).  Dengan merendam 12 potongan dalam suatu wadah yang berisi aquades 0 M dan sukrosa dengan konsenrasi 0,05; 0,15; 0,30; 0,45; dan 0,40 M. Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan laporan sementara diatas bahwa perubahan persen beratnya 16,9; 15, 1; 10,4; 6.8; 3,7 dan 2,3. Hal ini menunjukkan berat akhir kentang yang lebih kecil dari berat awal kentang. akibat terjadi penyusutan berat jaringan karena air keluar dari sel menuju larutan sukrosa sehingga dapat disimpulkan merupakan larutan hipertonis (kandungan solutenya lebih tinggi daripada sekelilingnya). Hal ini berarti telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air  tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut osmosis.








Kesimpulan

Jadi, disimpulkan bahwa peristiwa osmosis terjadi pada kentang dan peristiwa plasmolisis terjadi pada daun Rhoe discolor. Pada daun Rhoe discolor yang terjadi peristiwa plasmolisis ditunjukkan dengan banyak sedikitnya jumlah selnya yaitu jumlah sel setelah direndam atau sel yang terplasmolisis lebih sedikit daripada jumlah sel sebelum direndam. Sedangkan pada kentang peristiwa osmosis terjadi ketika berat setelah direndamm selama 30 menit lamanya lebih besar dibandingkan dengan berat sebelum direndam. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis insipien dapat dikenali jika dalam suatu larutan dijumpai sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis. Semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat sel terplasmolis. Senyawa yang terkandung dalam daun Rhoeo discolor adalah senyawa antosianin yang berwarna keunguan.







DAFTAR PUSTAKA

Agrica, Houlerr. 2009. BIOLOGI. Jakarta : PT Erlangga.

Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5 jilid II. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dwidjosaputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :   PT Gramedia.

Fetter. 1998. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Jakarta : PT Yudhistira

Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta : PT Gramedia.

Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB Press.


Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi .ITB : Bandung.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan

Laporan Praktikum Minimal Area

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan Fenologi