Laporan Praktikum Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN
FISIOLOGI TUMBUHAN
“ Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air”
Oleh:
Estamia Putri Hinely
Siahaan
F05112057
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
Abstrak
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan
osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang
diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi.
Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan
tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan
dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut. Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga
merupakan bahan penyusun utama dari protoplasma sel.setiap tumbuhan memerlukan
air sehingga terjadilah peristiwa osmosis. Osmosis adalah difusi air melalui
selaput permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi
ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah
suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus
yaitu osmosis. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial air. Potensial air
merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan
status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Untuk mengukur tekanan osmosis dan
potensial air digunakanlah Alat yaitu mikroskop, pisau, silet, pinset tabung
reaksi, gelas objektif,dan gelas penutup. Bahan yang
digunakan yaitu daun Rhoe discolor, dan larutan glukosa dengan berbagai
konsentrasi. Sedangkan pada percobaan penetapan potensial air jaringan
tumbuhan, bahan yang digunakan yaitu kentang, akuades, larutan sukrosa dengan berbagai
konsentrasi. Berdasarkan praktikum osmosis yang dilakukan diketahui bahwa
semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat
terplasmolisis. Dan pada praktikum potensial air mengatakan bahwa air bergerak
dari potensial air tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau
pergerakan molekul air dari potensial air yang tinggi kepotensial air yang
rendah disebut dengan osmosis.
Kata kunci : tekanan osmosis,
plasmolisis, konsentrasi, potensial air
Pendahuluan
Osmosis adalah suatu topik yang
penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat
ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998).
Osmosis merupakan suatu fenomena
alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang
lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan
konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica,
2009).
Tekanan yang diberikan pada air atau
larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan
yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan,
yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor.
Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif (Loveless, 1991).
Menurut Salisbury (1995), selain
potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi
tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan
sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan
konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air
(PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan
hubungan sebagai berikut:
PA = PO + PT
Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak
ada tekanan tambahan (PT), maka nilai PA = PO
Untuk mengetahui nilai potensial
osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial
air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar
sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang
ada dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu
menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa
tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis (Salisbury, 1995).
Menurut Sasmita (1996), metode
plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa
berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada
kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki
oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel
terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4 x MT
273
Dengan : TO = Tekanan Osmotik
M =
Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Sitoplasma biasanya bersifat
hypertonis (potensial air tinggi) dan cairan di luar sel bersifat hypotonis
(potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga
antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu
larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan
berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel,
hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan
yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali
mengembang hal ini disebut deplasmolisis (Bidwell, 1979).
Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses
tekanan yang menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut
melalui suatu selaput yang permeabel secara difertensial. Membran sel yang
meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi melekul lain dikatakan
permeabel secara diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal
adalah air
Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi
rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah suatu faktor yang
sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis (
Salisbury,1995).
Suatu percobaan yang menunjukan
proses osmosis adalah suatu percobaan yang mengamati suatu lubang bawah dari
tabung gelas ditutup dengan selaput. Selaput itu berfungsi sebagai membran
permeabel secara differensiasi, yang meloloskan melekul-molekul air secara
cepat, tetapi menghalangi molekul yang lebih besar (Dwidjoseputro,1984).
Tekanan osmosis cairan dapat
ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosis
sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil patokan pada
terjadinya peristiwa plasmolisis sel.dalam keadan insipien plasmolisis tekanan
osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa
jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah mikroskop
sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).
Osmosis sangat ditentukan oleh
potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul
air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki
kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama.
Energi bebas suatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi
bebas mol-1) disebut potensial kimia.potensial kimia zat terlarut kurang lebih
sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi
cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju
daerah yang potensial kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).
Potensial air merupakan alat
diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel
atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah potensial dari suatu sel atau jaringan
tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam
tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan
jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih
rendah (Basahona, 2011).
Huruf yunani psi (Ψ), digunakan
untuk menyatakan potensial air dari suatu sistem, apakah system itu berupa
sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu larutan. Potensial air
dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial air dalam tumbuhan mempunyai
nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai yang negative.
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi
difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor
yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola
dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam
sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial
osmotik dan potensial tekanan (Basahona, 2011).
Potensial kimia air atau biasanya
dinyatakan sebagai potensial air, PA (ψ, psi) penting untuk diketahui agar
dapat dimengerti pergerakan air di dalam sistem tumbuhan, tanah dan udara.
Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar, atm, seperti satuan
tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih rendah. Jadi difusi
termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam energi bebas
dari partikel-partikel yang berdifusi (Ismail, 2011).
Potensial air adalah suatu
pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang menyebabkan
air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau
atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial
air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam
hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir (Ismail, 2011).
Komponen-komponen potensial air atau
jaringan adalah sebagai berikut :
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
(PA = PO + PT + PM)
Dimana
Ψw = potensial air suatu tumbuhan
Ψs = potensial osmotik
Ψp = potensial tekanan atau turgor
Ψm = potensial matriks (Ismail,
2011)
Menurut Ismail 2011, potensial
osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut. Tandanya
selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebabkan oleh
tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya ditandai dengan bilangan
positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuknya tekanan
turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif. Potensial matriks
disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan permukaan (dinding sel).
Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya pada sel-sel
bervakuola, nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu, persamaan diatas dapat
disederhanakan menjadi :
Ψw = Ψs + Ψp (PA = PO + PT)
Potensial air jaringan ditentukan
dengan cara merendam potongan jaringan dalam suatu seri larutan sukrosa atau
manmitol (non-elektrolit) yang diketahui konsentrasinya (Ismail, 2011).
Analisis kuantitatif potensial air.
Pengaruh gabungan dari tekanan dan konsentrasi zat terlarut ini terhadap
potensial air ditulis dalam persamaan berikut ini :
Ψ = Ψp + Ψs
dimana Ψp adalah potensial tekanan
(tekanan fisik suatu larutan) dan Ψs adalah potensial zat-zat terlarut, yang
sebanding dengan konsentrasi zat-zat terlarut dari suatu larutan. (Ψs juga
disebut potensial osmotik.) Tekanan pada suatu larutan (Ψp) bisa berupa suatu
bilangan yang positif atau negatif (tegangan, suatu tekanan negatif).
Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (Ψs) selalu negatif, dan
semakin besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai Ψs (Campbell,
2004).
Garam (NaCl) mempunyai nilai osmosis
yang cukup tinggi (Kimball,1983), menyatakan bahwa osmosis adalah difusi air
melalui selaput yangpermeabel secara deferensial dari satu konsentrasi yang
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Keadaan osmosis tinggi (kandungan
garam) pada sel tumbuhan menyebabkan cekaman, berupa plasmolisis (penyusutan)
di dalam sel tumbuhan.
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel.
Adapun permasalahan yang terdapat
pada praktikum ini adalah mengenai bagaimana peristiwa dan cara mengukur
tekanan osmosis cairan sel dan potensial air.
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 April 2014 pukul 12.30 WIB di
Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Alat yang digunakan yaitu sebuah mikroskop,
kaca objek, kaca penutup, silet, pinset, tabung reaksi, buku gambar, dan alat
tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu akuades, daun Rhoe discolor yang masih segar. Cara kerja yang dilakukan yaitu 7
buah tabung reaksi disiapkan dan kemudian diisi larutan glukosa atau sukrosa ke
dalam tabung kira-kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk konsentrasi .
Kemudian, lapisan tipis epidermis yang
berwarna ungu disayat dengan menggunakan pisau silet. Lalu, sayatan terebut
diperiksa apakah cukup baik untuk digunakan. Apabila cukup repreentatif,
sayatan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan catat waktu mulai perendaman.
Sayatan dalam larutan tersebut dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit,
sayatan epidermis tadi diperiksa dari berbagai
konsentrasi gula dengan mikroskop. Cari larutan gula dimana 50 % dari
jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Sel pada keadaan insipien
plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan potensial osmotik larutan yang
digunakan. Potensial osmotik sel
ditentukan pada insipien plasmolisis.
General
applicability of the technique; preparation and performance of porous cellulose
and other membranes; transport of substances through membranes; concentration
polarization effects; use as a general concentration technique; separation of
mixed solvents in aqueous solution; separation of mixtures of organic liquids;
some applications and engineering developments. Although little space is given
to specific applications, the approach of considering the subject as a unit
process in chemical engineering should make this monograph of value to
specialists in the food and dairy industries (Sourirajan, 1978).
Metodologi
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 April 2014 pukul 12.30 WIB di
Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Alat yang digunakan yaitu sebuah mikroskop,
kaca objek, kaca penutup, silet, pinset, tabung reaksi, buku gambar, dan alat
tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu akuades, daun Rhoe discolor yang masih segar. Cara kerja yang dilakukan yaitu 7
buah tabung reaksi disiapkan dan kemudian diisi larutan glukosa atau sukrosa ke
dalam tabung kira-kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk konsentrasi .
Kemudian, lapisan tipis epidermis yang
berwarna ungu disayat dengan menggunakan pisau silet. Lalu, sayatan terebut
diperiksa apakah cukup baik untuk digunakan. Apabila cukup repreentatif,
sayatan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan catat waktu mulai perendaman.
Sayatan dalam larutan tersebut dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit,
sayatan epidermis tadi diperiksa dari berbagai
konsentrasi gula dengan mikroskop. Cari larutan gula dimana 50 % dari
jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Sel pada keadaan insipien
plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan potensial osmotik larutan
yang digunakan. Potensial osmotik sel
ditentukan pada insipien plasmolisis. Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel. Adapun permasalahan yang terdapat
pada praktikum ini adalah mengenai bagaimana peristiwa dan cara mengukur
tekanan osmosis cairan sel dan potensial air.Sedangkan metode yang kami gunakan
untuk pengamatan penetapan potensial air pada jaringan tumbuhan yatu: Pertama yang dilakukan
menyiapkan 6 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0 M, 0.5 M, 0.15 M, 0.30 M, 0.45 M, dan 0.60 M. Kemudian,
umbi kentang diambil menggunakan cork borer dengan diameter 1 cm dengan
masing-masing panjang 4 cm dan bagian kulitnya dihilangkan. Silinder umbi tadi
diletakkan di sebuah wadah tertutup. Tahap ini harus dilakukan dengan cepat.
Dengan menggunakan pisau silet, silinder kentang tadi diiris tipis- tipis
dengan tebal 1-2mm. Irisan kentang tadi dibilas dengan akuades dan dengan cepat
dikeringkan menggunakan kertas hisap dan ditimbang. Selanjutnya, irisan umbi
yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam satu diantara larutan sukrosa yang
telah disiapkan. Hal ini dilakukan pada setiap silinder kentang untuk
masing-masing larutan berikutnya. Setelah perendaman selama 2 jam,
irisan-irisan umbi tadi dikeluarkan dari masing-masing tabung. Kemudian
dikeringkan dengan kertas hisap, lalu ditimbang untuk mengetahui berat akhir
setelah diberi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk semua percobaan. Untuk
menghitung perubahan berat digunakan rumus:
% perubahan berat = x 100 %
Kemudian dibuat grafik dan diplotkan
persen perubahan berat pada ordinat dan konsentrasi larutan sukrosa pada absis.
Potensial air dalam jaringan dapat diperoleh dengan menghitung terlebih
dahulu potensial osmosis (ψs) untuk masin-masing konsentrasi
larutan sukrosa dengan menggunakan rumus –φs = C.i.R.T. Selanjutnya
poensial dari larutan-larutan lainya ditentukan dengan menggunakan rumus:
= . Kemudian
ditentukan konsentrasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahanberat dengan
menginterpolasikan dari grafik. Dihiutng ψs dari larutan. Nilai ψs
tersebut sebanding dengan potensial air (ψs) jaringan.
Tabel hasil pengamatan
Preparat
|
Konsentrasi
|
Jumlah sel sebelum direndam
|
Jumlah sel yang
terplasmolisis
|
Presentase plasmolisis
|
Preparat 1
|
0,14
|
105
|
7
|
6,67%
|
Preparat 2
|
0,20
|
98
|
68
|
69,38%
|
Preparat 3
|
0,26
|
258
|
8
|
3,1%
|

Pada praktikum
ini bertujuan untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel. Bahan yang
digunakan adalah sel epidermis daun Rhoe discolor yang dikupas bagian
lapisan epidermisnya dengan memakai larutan sukrosa pada konsentrasi yang
berbeda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,pada konsentrasi sukrosa
0,14; 0,20 dan 0,26 M diperoleh bahwa perlakuan pada larutan sukrosa 0,14 M yang
memiliki ± 50% sel yang terplasmolisis yang disebut plasmolisis insipien. Menurut Salisbury dan Ross (1992), larutan yang di
dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis
disebut plasmolisis insipien. Plasmoilisis ini
terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Berdasarkan
praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai molaritas larutan
sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan
keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun
Rhoeo discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam
larutan sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai molaritasnya. Sedangkan pada praktikum umbi kentang yang bertujuan untuk mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang
(Solanum tuberosum). Dengan merendam 12 potongan dalam
suatu wadah yang berisi aquades 0 M dan sukrosa dengan konsenrasi 0,05; 0,15;
0,30; 0,45; dan 0,40 M. Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan laporan
sementara diatas bahwa perubahan persen beratnya 16,9; 15, 1; 10,4; 6.8; 3,7 dan
2,3. Hal ini
menunjukkan berat akhir
kentang yang lebih kecil dari berat awal kentang. akibat terjadi penyusutan berat
jaringan karena air keluar dari sel menuju larutan sukrosa sehingga dapat
disimpulkan merupakan larutan hipertonis (kandungan solutenya lebih tinggi
daripada sekelilingnya). Hal ini berarti telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi ke
potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari
potensial air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut osmosis.
Kesimpulan
Jadi, disimpulkan bahwa peristiwa osmosis terjadi pada kentang dan
peristiwa plasmolisis terjadi pada daun Rhoe
discolor. Pada daun Rhoe discolor yang terjadi peristiwa plasmolisis
ditunjukkan dengan banyak sedikitnya jumlah selnya yaitu jumlah sel setelah
direndam atau sel yang terplasmolisis lebih sedikit daripada jumlah sel sebelum
direndam. Sedangkan pada kentang peristiwa osmosis terjadi ketika berat setelah
direndamm selama 30 menit lamanya lebih besar dibandingkan dengan berat sebelum
direndam. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari
dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis insipien dapat dikenali jika dalam suatu
larutan dijumpai sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis dan 50% tidak
berplasmolisis. Semakin
tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat sel terplasmolis. Senyawa yang
terkandung dalam daun Rhoeo discolor adalah senyawa antosianin yang berwarna
keunguan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrica, Houlerr. 2009. BIOLOGI. Jakarta : PT
Erlangga.
Campbell,
Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5 jilid
II. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dwidjosaputro,
D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
PT Gramedia.
Fetter.
1998. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Jakarta : PT Yudhistira
Loveless.
1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta : PT
Gramedia.
Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.
Bandung : ITB Press.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi
Tumbuhan. Jurusan Biologi .ITB : Bandung.
Komentar
Posting Komentar