Laporan Praktikum Biometri
Disusun oleh :
Estamia
Putri Hinely Siahaan
F05112057
Program Studi
Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura
2013
A.
Pendahuluan
AKURASI DAN PRESISI
Ketelitian/akurasi merupakan tingkat
kesesuaian atau dekatnya suatu hasil pengukuran terhadap harga yang sebenarnya,
sedangkan ketepatan ( presisi) menyatakan tingkat kesamaan di dalam
sekelompok pengukuran atau sejumlah instrument. Contoh perbedaan makna dari dua
istilah tersebut, misalnya kita mempunyai sebuah micrometer mekanik, secara
normal dalam setiap keadaan diharapkan tetap seimbang, atau berdasarkan pada
penunjukkan posisi yang benar. Micrometer ini presisi karena kita dapat
memperoleh pembacaan pengukuran sampai seperseribu inchi, dan pembacaan
pengukurannya tetap “konsisten dan sesuai dengan yang sebenarnya”. Pembacaan
ukuran (dimensi) diperoleh dari micrometer ini, akan tetapi tidak akurat,
selama tidak cocok dengan yang sebenarnya. Dua voltmeter yang sama merek dan
modelnya, yang mempunyai skala yang teliti, penunjuknya jenis bilah pisau, dan
adanya cermin pada skala untuk menghidari kesalahan paralak. Kedua
instrument tersebut mampu mengukur dengan kepresisian yang sama, namun
demikian, jika resistor seri di dalam salah satu voltmeter tidak sempurna,
pembacaannya kemungkinan besar mengalami kesalahan. Karena itu ketelitian kedua
voltmeter tersebut dapat berbeda sama sekali (untuk menentukan voltmeter mana
yang menghasilkan kesalahan, diperlukan perbandingan terhadap voltmeter
standar) Ketepatan terdiri dari dua karakteristik, yaitu kesesuaian
(conformity) dan jumlah angka yang berarti (signifikan figures) terhadap
mana suatu pengukuran dapat dilakukan. Sebagai contoh suatu tahanan yang besarnya
1384572 ohm setelah diukur dengan ohmmeter secara konsisten dan berulang-ulang
mengahasilkan 1,4 mega ohm, yang menjadi pertanyaan apakah orang yang mengukur
telah membaca harga yang sebenarnya ?, sebetulnya yang dilakukannnya adalah
memperkirakan pembacaan skala yang menurut dia secara konsiten menghasilkan 1,4
mega ohm. Dalam hal ini hasil yang diberikan adalah pembacaan yang lebih
mendekati harga yang sebenarnya berdasarkan penaksiran. Jika suatu besaran
ditentukan dengan akurasi yang diperoleh dari angka-angka digital, memerlukan
peralatan pengukuran yang presisi. Sehingga presisi merupakan suatu prasarat
yang diperlukan untuk mendapatkan akurasi, tetapi presisi tidak menjamin
akurasi. Akurasi suatu meter diperoleh dengan pengkuran secara teliti berdasarkan
alat yang akurat dan standar. Presisi merupakan hal yang perlu dalam mendeteksi
ketidaktelitian yang memungkinkan, seperti dalam perbandingan pengukuran dari
suatu besaran dengan dua metode, tetapi tidak memastikan akurasi. Bisa
kita katakan bahwa pembacaan pengukuran adalah presisi, jika hasil yang
diperoleh disetujui bersama. Dimana persetujuan tersebut tidak menjamin
akurasi.
Dalam bidang ilmu pengetahuan,
industri rekayasa,
dan statistik,
akurasi dari suatu sistem
pengukuran adalah tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai yang
sebenarnya. Kepresisian dari suatu sistem pengukuran, adalah sejauh mana
pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak berubah mendapatkan hasil yang
sama.
Sebuah sistem pengukuran dapat akurat dan tepat, atau akurat tetapi tidak tepat, atau tepat tetapi tidak akurat atau tidak tepat dan tidak akurat.

Presisi adalah ukuran kedekatan dari masing-masing anak panah dalam kumpulan tersebut. Jika sejumlah anak panah ditembakkan, jika semakin menyempit kumpulan anak panah tersebut, sistim dianggap presisi. Persamaan pada keduanya adalah menggambarkan sebaran keluaran pembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran akan mengacu pada repeatability bila kondisi pengukurannya tetap, dan akan mengacu reproducibility kondisi pengukurannya berubah. Derajat repeatability dan reproducibility dlm. pengukuran hanya merupakan alternatif untuk mengekspresikan presisi dari sebuah alat ukur (Pendi, 2013).
Kesalahan
dalam Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran fisik,
tujuan utamanya adalah memperoleh suatu nilai yang terdiri dari satuan yang
dipilih dan besarannya, yang akan menyatakan besar kuantitas fisik yang diukur.
Sebagai contoh dalam pengukuran tekanan, satuan yang diplih adalah bar dan
besranya adala 100 jadi 100 bar. Tingkat kegagalan dalam mensfesikasi besaran
ini secra pasti, dan ini berarti pula variasi kuantitas nilai yang dinayatakan
dari nilai sebenarnya, merupakan kesalahan pengukuran.
Kesalahan ini muncul dalam sistem
pengukuran itu sendiri dan dari standar yang digunakan untuk kalibrasi sistem
tersebut. Sebagai tambahan untuk kesalahan yang dihasilkan dari kalibrasi
sistem pengukuran yang salah, ada sejumlah sumber kesalahanyang perlu diperiksa.
Sumber kesalahan ini meliputi (1) derau (noise), waktu tanggap (respone time),
(3) keterbatasan rancangan (design limitation), (4) pertambahan atau kehilangan
energi karena interaksi, (5) transmisi , (6) keausan atau kerusakan sistem
pengukuran, (7) pengaruh ruangan terhadap sistem, (8) kesalahan penafsiran oleh
pengamat.
Dalam memperkirakan besar
ketidakpastian atau kesalahan dalam menyatakan nilai kuantitas sebagai hasil
pegukuran, harus dibedakan antara dua golongan kesalahan : sistematis dan acak.
Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang secara konsisten terulang apabila
dilakukan pengulangan percobaan. Kesalahan kalibrasi sistem pengukuran atau
suatu perubahan dalam sistem yang menyebabkan penunjuk menyimpang secara
konsisten dari nilai kalibrasi merupakan kesalahan jenis ini. Contohnya antara
lain adalah perubahan kelenturan pegas atau diafragma karena umur atau
penurunan kekuatan magnit karena shock atau tua. Kegagalan memperhitungkan
pengguanaan energi dari sumber tingkat rendah untuk mengoprasikan sistem
pengukuran juga akan menghasilkan kesalahan sistematis.
Dalam mencari kesalahan sistematis
dan mengevaluasinya, secara umum cukup membantu dengan membuat suatu perubahan
tertentu dan diketahui terhdap paarameter-parameter pengukuran yang masih
berada di bawah kendali operator, dan menggunakan alat ukur yang berbeda, atau
jika mungkin menggunakan alat ukur yang berbeda. Dengan cara ini, kesalahan
yang merupakan fungsi dari salah satu diantara parameter-parameter terkendali
diubah besarnya; atau kesalahan yang timbul dari kesalahan kalibrasi alat ukur
atau kesalahan yang melekat pada metode tertentu dapat diubah. Kesalahan acak
adalah kesalahan yang terjadi secara kebetulan, besarnya berfluktuasi tanpa
bisa diduga dengan menggunakan pengetahuan sistem pengukuran dan kondisi
pengukuran.
Dalam pengukuran kuantitas fisik,
pengamatan dipengarhi oleh banyak faktor pendukung. Faktor-faktor ini adalah
parameter parameter pengukuran. Pada pengukuran yang ideal semua parameter
mempunyai nilai tertentu yang tetap, sehingga besaran yang diukur ditetapkan
secara sempurna dan dapat ditentukan secara pasti.
Kesalahan-Kesalahan
Sistematis (Systematic Errors)
Kesalahan ini disebabkan oleh
kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri. Seperti kerusakan atau adanya
bagian bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai.
Kesalahan ini merupakan kesalahan yang tidak dapat dihindari dari instrumen,
karena struktur mekanisnya.
Contohnya gesekan beberapa komponen
yang bergerak terhadap bantalan dapat menimbulkan pembacaan yang tidak tepat.
Tarikan pegas (hairspring) yang tidak teratur, perpendekan pegas, berkurangnya
tarikan karena penanganan yang tidak tepat atau pembebanan instrumen yang
berlebihan. Ini semua akan mengakibatkan kesalahankesalahan. Selain dari
beberapa hal yang sudah disinggung di atas masih ada lagi yaitu kesalahan
kalibrasi yang bisa mengakibatkan pembacaan instrumen terlalu tinggi atau
terlalu rendah dari yang seharusnya.
Cara yang paling tepat untuk
mengetahui instrumen tersebut mempunyai kesalahan atau tidak yaitu dengan
membandingkan dengan instrumen lain yang memiliki karakteristik yang sama atau
terhadap instrumen lain yang akurasinya lebih tinggi. Untuk menghindari
kesalahan-kesalahan tersebut dengan cara :
(1) memilih
instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu;
(2) menggunakan faktor-faktor
koreksi setelah mengetahui banyaknya kesalahan;
(3)
mengkalibrasi instrumen tersebut terhadap instrumen standar.
Pada kesalahan-kesalahan yang disebabkan
lingkungan, seperti : efek perubahan temperatur, kelembaban, tahanan udara
luar, medan-medan maknetik, dan sebagainya dapat dihindari dengan membuat
pengkondisian udara (AC), penyegelan komponen-komponen instrumen tertentu
dengan rapat, pemakaian pelindung maknetik dan sebagainya (Sridianti, 2014).
B.
Metodologi
Praktikum “ Presisi dan Akurasi ” dimana pengambilan sampel dilakukan pada hari kamis tanggal 25 september 2014 di lapangan dan penimbangan daun akasia dilakukan pada hari jumat tanggal 26 september 2014 di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak. Adapun tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui cara menghitung mean dan standar deviasi untuk mengetahui akurasi dan presisi dari luas daun akasia.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah neraca digital, gunting dan alat tulis. Sedangkan bahan yang di gunakan yaitu daun akasia dan kertas millimeter blok.
Praktikum “ Presisi dan Akurasi ” dimana pengambilan sampel dilakukan pada hari kamis tanggal 25 september 2014 di lapangan dan penimbangan daun akasia dilakukan pada hari jumat tanggal 26 september 2014 di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak. Adapun tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui cara menghitung mean dan standar deviasi untuk mengetahui akurasi dan presisi dari luas daun akasia.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah neraca digital, gunting dan alat tulis. Sedangkan bahan yang di gunakan yaitu daun akasia dan kertas millimeter blok.
Adapun cara
kerja yang di lakukan yaitu daun akasia diambil sebanyak 10 helai setiap orang,
kemudian daun dijiplak pada kertas millimeter blok, hasil jiplakan tersebut digunting.
Kertas patokan dibuat dengan ukuran 5 x 20 cm kemudian kertas patokan di
timbang menggunakan neraca digital. Kertas hasil jiplakan ditimbang kemudian
dihitung luasnya dengan rumus :
Luas daun = X luas
kertas patokan
Kemudian dicari mean dan standar deviasi dari tiap
data maupun keseluruhan.
C.
Hasil
pengamatan
Tabel Pengamatan Luas Daun
No.
|
Luas
Daun Akasia
|
|||
Vina
|
Umi
|
Estamia
|
Mega
|
|
1
|
32.69
|
42.30
|
44.23
|
34.61
|
2
|
40.38
|
51.92
|
71.15
|
38.46
|
3
|
34.61
|
34.61
|
73.07
|
51.92
|
4
|
38.46
|
51.92
|
61.53
|
36.53
|
5
|
40.38
|
53.84
|
78.84
|
71.15
|
6
|
55.76
|
57.69
|
40.38
|
57.09
|
7
|
50.00
|
46.15
|
36.53
|
46.15
|
8
|
38.46
|
40.38
|
51.92
|
46.15
|
9
|
36.53
|
50.00
|
36.53
|
44.23
|
10
|
40.38
|
44.23
|
71.15
|
40.38
|

Grafik
Luas Daun Akasia
D.
Perhitungan
1.
Perhitungan
Luas Daun Akasia
a.
Perhitungan
Estamia dengan berat kertas patokan 0,52 gram dan luas
100 cm2
Rumus nya :
Luas daun =
X luas
kertas patokan

v
Berat
daun 0,23 g

v
daun 0,37 g


v
Berat
daun 0,38 g

v
Berat
daun 0,32 g

v
Berat
daun 0,41 g

v
Berat
daun 0,21 g

v
Berat
daun 0,19 g

v
Berat
daun 0,27 g

v
Berat
daun 0,19 g

v
Berat
daun 0,37 g

b. Perhitungan vina dengan berat kertas patokan 0,52 gram
dan luas 100 cm2
Rumus nya :
Luas daun =
X luas kertas patokan

v
Berat
daun 0,17 g

v
daun 0,21 g


v
Berat
daun 0,18 g

v
Berat
daun 0,20 g

v
Berat
daun 0,21 g

v
Berat
daun 0,29 g

v
Berat
daun 0,26 g

v
Berat
daun 0,20 g

v
Berat
daun 0,19 g

v
Berat
daun 0,21 g

c.
Perhitungan
umi dengan berat kertas patokan 0,52 gram dan luas 100 cm2
Rumus nya :
Luas daun =
X luas
kertas patokan

v
Berat
daun 0,22 g

v
daun 0,27 g


v
Berat
daun 0,18 g

v
Berat
daun 0,27 g

v
Berat
daun 0,28 g

v
Berat
daun 0,30 g

v
Berat
daun 0,24 g

v
Berat
daun 0,21 g

v
Berat
daun 0,26 g

v
Berat
daun 0,23 g

d.
Perhitungan
Mega dengan berat kertas patokan 0,52
gram dan luas 100 cm2
Rumus nya :
Luas daun =
X luas
kertas patokan

v
Berat
daun 0,18 g

v
daun 0,20 g


v
Berat
daun 0,27 g

v
Berat
daun 0,19 g

v
Berat
daun 0,37 g

v
Berat
daun 0,30 g

v
Berat
daun 0,24 g

v
Berat
daun 0,24 g

v
Berat
daun 0,23 g

v
Berat
daun 0,21 g

2.
Perhitungan
Mean dan Standar Deviasi(SD)
Rumus
:
Mean =


SD = 

a.
Perhitungan
Mean dan Standar Deviasi Luas Daun Akasia Vina
Mean =
= 40,765
40,77


SD =
= 7,009
7,01


b.
Perhitungan
Mean dan Standar Deviasi Luas Daun Akasia Umi
Mean =
= 47,304
47,30


SD =
= 7,035
7,04


c.
Perhitungan
Mean dan Standar Deviasi Luas Daun Akasia Estamia
Mean =
= 56,533
56,53


SD =
= 16,523
16,52


d.
Perhitungan
Mean dan Standar Deviasi Luas Daun Akasia Mega
Mean =
= 46,667
46,67


SD =
= 11,041
11,04


e.
Perhitungan
Mean dan Standar Deviasi Luas Daun Akasia Seluruh Data
Mean =
= 47,817
47,82


SD =
= 12,105
12,11


E.
Pembahasan
Dari hasil
pengamatan yang di peroleh di ketahui bahwa
40 sampel daun akasia semuanya heterogen sehingga ketika dilakukan
penimbangan hasil yang di peroleh juga berbeda. Ketika dilakukan perhitungan diperoleh
mean yaitu
vina sebanyak 40,77 ; umi sebanyak 47,30 ; estamia sebanyak 56,53 dan mega sebanyak 46,67 serta data keseluruhannya sebanyak 47,82. Kemudian dilakukan perhitungan standar deviasi. Tujuan mencari standar deviasi ini adalah agar dapat
diketahui presisi dan akurasi data yang diamati. Maka diperoleh
dari vina sebanyak 7,01 ; umi sebanyak 7,04 ; estamia sebanyak 16,52 ; dan mega sebanyak 11,04 serta data keseluruhan sebanyak 12,11. Dari semua data tersebut diketahui bahwa mean dan standar deviasi yang paling tinggi yaitu data estamia.
Hal ini disebabkan karena
estamia mengambil ukuran
daun akasia yang lebih besar di
bandingkan vina,umi dan mega. Semakin tinggi nilai standar deviasi
maka semakin tinggi tingkat presisi suatu data.
F.
Kesimpulan
Data yang diperoleh beragam atau
heterogen karena
pengambilan sampel yang berbeda-beda. Berdasarkan standar deviasi yang diperoleh maka
diketahui tingkat presisi keseluruhan data tinggi. Sedangkan tingkat
akurasinya tidak diketahui karena tidak
ada standar yang ditujukan.
Daftar pustaka
Pendi. 2013.
Akurasi dan Presisi. (online).(http://burunghantu0.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html).di akses tanggal 30 september 2014.
Sridianti.
2014. Akurasi dan Presisi.
(online).(
http://www.sridianti.com/perbedaan-akurasi-dan-presisi.html) Di akses tanggal 30 september 2014.
Komentar
Posting Komentar