Laporan Embriologi dan Histologi Hewan

LAPORAN EMBRIOLOGI DAN HSTOLOGI HEWAN

PERCOBAAN I
(Pengamatan Siklus Estrus Hamster )

 Oleh :
          Estamia Putri Hinely Siahaan
        F05112057


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2015







Pengamatan Siklus Estrus Hamster

A.    Tujuan
Mengamati siklus estrus hamster

B.     Dasar Teori

            Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus (Anggraeni, 2011).
            Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungn ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi.
            Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus.
            Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dai kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin (Shearer, 2008).
            Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi, sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus. Siklus ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yang terdiri dari 2 fase, yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase lutein adalah fase setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai.
            Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap : proestrus, estrus, dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Waktu ini betina jadi berahi atau panas. Ciri-ciri  dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Proestrus : terdapat sel epitel biasa
2.      Estrus : terdapat sel menanduk (cornified)
3.      Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit
4.      Matestrus (kalau ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan leukosit, kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).
            Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, yaitu setelah selesai fase estrus.
            Pada fase ini estrogen bertindak terhadap sistem saraf pusat. Selama fase ini sapi menjadi sangat kurang istirahat yang kemungkinan dapat kehilangan dalam memperoduksi susu selama fase ini berlangsung. Pasokan darah ke dalam sistem reproduksi meningkat dan sekresi kelenjar dirangsang dengan membangun viscid mucus yang dapat diamati pada vulva. Kira-kira setelah 14-18 jam, fase estrus mulai berhenti. Selanjutnya betina tidak mengalami ovulasi hingga setelah fase estrus (Shearer, 2008).
            Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding.
            Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan (Nongae, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Shearer, 2008).
            Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estorus cycle). Pada kedua kasus ini, ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banya darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak.
            Perbedaan utama lainnya meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas terlihat selama siklus estrus dibandingkan dengan siklus menstruasi, dan pengaruh musim dan iklim yang lebih kuat pada siklus estrus. Sementara seorang perempuan bisa reseptif terhadap aktivitas seksual sepanjang siklus, sebagian besar mamalia hanya akan berkopulasi selama periode di sekitar ovulasi. Frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi di antara mamalia. Lama siklus menstruasi pada manusia rata-rata 28 hari , siklus estrus tikus hanya 5 hari (Campbell, 2004).
          Metode vaginal smear menggunakan sel epitel dan sel leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukaan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Sel leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau poligona, sedangkan sel leukosit berbentuk bulat berinti. Pembuatan apus mukosa betina (vaginal smear) dilakukan untuk mengamati tipe sel dari masing-masing fase dalam siklus estrus . hewan yang dapat diamati siklus estrusnya adalah hewan yang telah masak kelaminnya dan tidak sedang hamil (Soeminto, 2008).
           
C.     Metodologi
1.         Waktu dan Tempat
Waktu      : Rabu, 25 Maret 2015
Tempat     : Laboratorium Biologi FKIP UNTAN
2.         Alat dan Bahan
Alat          :
-          Kaca objek
-          Kaca penutup
Bahan       :
-          Hamster betina
-          Cotton bud
-          NaCl 0,9%
-          Metylen Blue 1%
3.         Cara Kerja
1.      Hamster betina diambil, kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
2.      Bdan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking.
3.      Bagian vagina disemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet yang tumpul, kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan-lahan.
4.      Cairan pada pipet dari hasil penyemprotan/pengisapan berwarna keruh, kemudian diteteskan pada objek glass 1 sampai 2 tetes. Dibiarkan sampai kering.
5.      Ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%. Dibiarkan 5 sampai 10 menit.
6.      Diamati dibawah mikroskop. Bila zat warna berlebih, dibilas dengan air dengan cara meneteskan air.
7.      Ditutup dengan gelas penutup.

D.      Hasil Pengamatan

E.       Pembahasan
                  Pada percobaan ini, dilakukan pengamatan siklus estrus pada hamster yang bertujuan untuk mengamati siklus estrus hamster. Hamster adalah binatang sejenis hewan pengerat, terdapat berbagai jenis di dunia dan hampir ada di tiap negara. Hamster termasuk ke dalam subfamili cricetinae. Subfamili ini terbagi ke dalam sekitar 18 spesies, yang diklasifikasikan ke dalam enam atau tujuh genus. Hamster jantan memiliki testis yang besar sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Hamster muda lebih sulit melakukan seks. Hamster melakukan pembuahan pada usia yang berbeda tergantung dari spesiesnya, tetapi hal ini bisa dilakukan pada usia 1 bulan sampai 3 bulan. Hamster jantan tetap dapat melakukan pembuahan selama hidupnya, namun betina tidak. Hamster betina mengalami estrus kira-kira setiap tiga hari.
                  Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap/fase yaitu proestrus, estrus, dan diestrus.
                 Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan seluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus.
                 Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, yaitu setelah selesai fase estrus. Pada fase ini estrogen bertindak terhadap sistem saraf pusat. Selama fase ini sapi menjadi sangat kurang istirahat yang kemungkinan dapat kehilangan dalam memperoduksi susu selama fase ini berlangsung. Pasokan darah ke dalam sistem reproduksi meningkat dan sekresi kelenjar dirangsang dengan membangun viscid mucus yang dapat diamati pada vulva. Kira-kira setelah 14-18 jam, fase estrus mulai berhenti. Selanjutnya betina tidak mengalami ovulasi hingga setelah fase estrus (Shearer, 2008).
                 Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding (Nongae, 2008).
                 Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan (Nongae, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Shearer, 2008).
                 Dari hasil pengamatan diketahui bahwa hamster berada pada fase proestrus. Hal ini dikarenakan bahwa pada gambar hanya terdapat sel epitel biasa yang terdiri dari tiga bagian yaitu membran sel, inti sel dan sitoplasma. Fase proestrus, adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk bulat, leukosit tidak ada atau sangat sedikit. Oleh karena itu, hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen atau fase dimana terdapat sel epitel biasa (Yatim, 1994).
                 Fase proestrus sangat berpengaruh terjadi atau tidaknya proses perkawinan. Fase ini menunjukkan bahwa sel-sel epitel belum matang yang ditandai dengan ciri bentuk sel epitel bulat dan berinti serta leukosit tidak ada atau sedikit. Juga pada fase ini masih belum ada pengaturan hormon-hormon seperti gonadotropin, estrogen, dan progestoron. 
                Oleh sebab itu, hamster sebagai objek percobaan kali ini tidak dapat melakukan perkawinan. Perkawinan hanya dapat dilakukan apabila hamster berada pada fase estrus. Karena estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah, betina siap menerima jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexuil lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas. Pada apusan vagina mencit, fase ini ditandai dengan adanya sel kornifikasi atau sel epitel menanduk yang sangat banyak. Sel epitel dengan inti berdegenerasi.


F.   Kesimpulan

1.    Hamster mengalami daur estrus yang terdiri dari fase proestrus, estrus, diestrus, dan metestrus.
2.    Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen atau fase dimana terdapat sel epitel biasa.
3.    Fase proestrus menunjukkan bahwa sel-sel epitel belum matang yang ditandai dengan ciri bentuk sel epitel bulat dan berinti serta leukosit tidak ada atau sedikit.
4.    Hamster sebagai objek percobaan kali ini tidak dapat melakukan perkawinan. Perkawinan hanya dapat dilakukan apabila hamster berada pada fase estrus.
5.    Fase estrus ditandai dengan adanya sel epitel menanduk, fase diestrus ditandai dengan sel epitel biasa dan banyak leukosit, dan fase metestrus ditandai dengan banyak sel epitel menanduk dan leukosit dan juga terdapat sel epitel biasa.













DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, B.R. Siklus Reproduksi. (online). http://blog.uin- malang.ac.id/bettie/2011/03/20/siklus-     reproduksi. (diakses tanggal 29     Maret 2015).
Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Nongae. 2008. Estrus Cycle. (online).           http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap5.html.      (diakses tanggal 30        Maret 2015)
Shearer, J. K. 2008. Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. Florida : University Of Florida.
       Soeminto. 2008. Buku dan Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan             Hewan II. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan Fenologi

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN "TRANSPIRASI"