Laporan Praktikum Kadar CO2 pada jaringan Tumbuhan
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN
FISIOLOGI TUMBUHAN
“ PENETAPAN KADAR CO2 PADA JARINGAN TUMBUHAN ”
Oleh:
Estamia Putri Hinely Siahaan
F05112057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
Abstrak
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau
fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola
atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola
atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang
hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri,
menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai
batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari
makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga
integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan. Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan
dalam menggunakan zat karbon dari
udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh
tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada organisme
autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik
yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang
dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau
asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O dan
CO2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan
cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai
klorofil. Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara
pigmen hijau daun yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Kalau fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau
asimilasi) di mana energi diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat
kimia, maka proses respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau
disimilasi) dimana energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk
menyelenggarakan proses–proses kehidupan. Respirasi
merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung
secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerobik ini diperlukan oksigen
dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam proses respirasi
secara anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa
lain karbondioksida. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar
CO2 kecambah kacang hijau pada suhu
yang berbeda.
Adapun
permasalahan yang terdapat pada praktikum ini adalah mengenai bagaimana cara menentukan kadar CO2 kecambah kacang
hijau pada suhu yang berbeda-beda. Alat yang
digunakan yaitu neraca analitik dan oven, serta
botol selai. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tumbuhan kecambah kacang
hijau.
Kata kunci : Respirasi, laju respirasi, fotosintesis, penetapan kadar CO2,
Pendahuluan
Tumbuhan terutama tumbuhan
tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap
bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan
proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang
memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa
adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis,
hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan
cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari
(Dwidjoseputro, 1986).
Karbohidrat merupakan senyawa
karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar.
Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana.
Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan
lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri
dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).
Fotosintesis merupakan proses
sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan H2O)
dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi diubah
menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan
digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Maka persamaan
reaksinya dapat dituliskan :
Kloropil

Sinar matahari
Tergantung
pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co2 yang dilepaskan dan
jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Persamaan reaksi
kimia respirasi merupakan kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis (Syamsuri, 2000).
Perbedaan antara jumlah CO2
yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory
Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini
tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya
proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Fotosintesis juga terjadi proses
metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme
atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel
dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob
diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam
respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan
senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat
dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi
adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut:

Tergantung
pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co2 yang dilepaskan dan
jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9),
lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung
pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi
dan kondisi lainnya (Krisdianto dkk, 2005).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang
terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam
respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi.
Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan
dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam
asetat dan sedikit energi (Dwidjoseputro, 1986).
Respirasi lebih dari sekedar pertukaran gas secara sederhana. proses
keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi
menjadi CO2
sedangkan O2 yang diserap direduksi
membentuk H2O.
pati, fruktan, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organic, dan pada keadaan
tertentu protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. Persamaan
respirasi umum glukosa sebagai berikut:

Rekasi persamaan diatas merupakan persamaan rangkuman dari respirasi,
karena respirasi bukanlah reaksi tunggal. Respirasi merupakan rangkaian dari 50
atau lebih reaksi komponen, masing-masing dikatalisis oleh enzim yg
berbeda-beda.
- Kuosien
Respirasi atau Respiratory Quotient (RQ)
Kuosien Respirasi (KR) atau Respiratory Quotient (RQ)
merupakan angka perbandingan antara volume CO2 yang dibebaskan
dengan volume O2 yang diabsorpsi secara simultan oleh jaringan dalam
periode waktu tertentu pada suhu dan tekanan tertentu. Kuosien respirasi
juga diartikan sebagai nisbah CO2 terhadap O2. RQ sering
hampir mendekati satu. Sebagai contoh, RQ yang diperoleh dari daun berbagai
jenis tumbuhan rata-rata 1,05. Biji yang sedang berkecambah dari tumbuhan
serelia dan kacang-kacangan seperti kapri dan kacang, yang mengandung pati
sebagai cadangan makanan utama, juga menunjukan nilai RQ sekitar 1,0. Tapi,
biji berbagai tumbuhan lain banyak mengandung lemak atau minyak yang kaya
hidrogen dan rendah kandungan oksigennya. Bila lemak dan minyak dioksidasi
selama perkecambahan, RQ sering hanya 0,7, sebab cukup banyak oksigen yang
diperlukan untuk mengubah hidrogen menjadi H2O. Perhatikan oksidasi
asam lemak yang lazim, yaitu asam oleat:
C18H34O2
+ 25.5O2 à18CO2 + 17 H2O
RQ reaksi
ini adalah 18/25,5 = 0,71
Dengan mengukur RQ berbagai bagian tumbuhan, dapat diperoleh informasi
tentang jenis senyawa yang sedang dioksidasi. Masalahnya rumit karena setiap
saat berbagai jenis senyawa dapat direspirasikan, sehingga RQ yang terukur
merupakan angka rerata yang bergantung dari sumbangan tiap-tiap substrat dan
kandungan karbon, hidrogen dan oksigennya.
Contoh
Perhitungan Nilai Kuosien Respirasi(RQ):
1.
Gula : C6H12O6
+ 6O2 → 6CO2 +H2O,
RQ : 6/6= 1
2.
Asam
lemak (asam palmitat): C16H32O2 + 11O2
→C12H22O11 + 4CO2 + 5H2O
RQ:
4/11= 0.36
RQ
memberi petunjuk
tentang jenis substrat yang dioksidasikan & jenis metabolisme yang sedang
berlangsung. Kuosien respirasi yang bernilai 1 berada pada titik kompensasi,
merupakan suatu titik yang menunjukkan kecepatan fotosintesis yang dilakukan
tumbuhan sama dengan kecepatan respirasinya.
RQ > 1 : sel
kekurangan O2, repirasi aerob dibantu respirasi anaerob agar
menambah energi
RQ < 1 : sebagian /
semua CO2 yang dihasilkan dalam respirasi digunakan langsung oleh
organisme yang bersangkutan, misal untuk fotosintesis.
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam
sel, berlangsung secara aerobik maupun aneorobik. Dalam repirasi aerobik ini
diperlukan CO2 serta energi, sedangkan dalam proses respirasi secara
aerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa lebih CO2
di ketahui nilai KR untuk karbohidrat = 1 , protein < 1 (0,8 – 0,9)
lemak <1 (0,7) asam organik >1 (1,33) (Pandey dan Sinha ,1995).
Pada
dasarnya respirasi memiliki 2 fungsi utama , yang pertama adalah sebuah proses
yang menghasilkan produksi senyawa reaktif atau penyusun-penyusun khusus yang
penting dalam hal konstituensi pembentukan sel. Yang kedua adalah sebuah proses
dimana energi dilepaskan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menghasilkan
pembentukan struktur sel serta dalam melakukan kerja (Curtis and Clark, 1950).
Proses respirasi diawali
oleh adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses-proses
transport yang dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung dengan cara
difusi, melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma, dan membrane sel. Demikian
juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi
keluar sel dan masuk kedalam ruang antar sel. Kemudian dinding dalam respirasi
respirasi tersebut dalam beberapa tahapan diantaranya yaitu dekarboksilase,
oksidasi, siklus asam sitrat,
dan transportasi elektron (Najiyanti dan Danarti,
1999).
Pada respirasi,
oksigen digunakan dan karbondioksida dibebaskan. Oleh karena didalam cahaya
kedua proses itu berlangsung dalam waktu yang sama di dalam sel-sel tumbuhan,
maka akan diketahui sejauh mana pula produk tersebut dimanfaatkan. Bukti
menunjukkan bahwa karbondioksida yang dibentuk dalam respirasi dapat digunakan
dalam proses fotosintesis, sedangkan oksigen yang dibebaskan dalam fotosintesis
dapat dimanfaatkan dalam respirasi. Pada intensitas cahaya yang rendah, kedua
proses itu tetap seimbang, sehingga baik oksigen maupun karbondioksida tidak
ada yang masuk maupun yang keluar dari daun. Intensitas cahaya yang
memungkinkan tercapainya keseimbangan dinamakan titik kompensasi (Tjitrosomo,
1980).
Respirasi merupakan reaksi dari
50 atau lebih reaksi komponen. Masing masing dikatalis oleh komponen
berbeda. Respirasi merupakan oksidasi yang berlangsung dalam medium air, dengan
pH mendekati netral. Pada saat suhu sedang dan bertahap
menyebabkan energi
menjadi ATP (Salisbury dan
Ross, 1995).
Perbandingan
antara respirasi dan fotosintesis dapat dilihat dari beberapa perbedaan.
Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup , bahan baku utama adalah glukosa
dan oksigen, berlangsung setiap waktu ( baik siang dan malam), merupakan proses
pelepasan/penggunaan energi, menghasilkan karbondioksida dan air. Sedangkan
fotosintesis terjadi hanya pada organisme yang memiliki klorofil yang berisi
sel-sel, bahan baku utama adalah karbondioksida dan air, berlangsung hanya jika
tersedia cahaya matahari, merupakan proses menghasilkan energi, menghasilkan
glukosa dan juga oksigen (Brimble, 1960).
Pada kebanyakan
tanaman, karbohidrat dengan komposisi utama [CH2O]n
secara kuantitatif, substrat yang paling penting dalam metabolisme pernafasan.
Kerusakan aerobik yang lengkap akan karbohidrat dapat dirumuskan sebagai
kebalikan dan produksi fotosintesis glukosa (Mohr and Schopfer, 1995).
Metabolisme pernafasan dijelaskan terjadi ketika Oksigen tersedia yang
disebut dengan aerobik. Ketika Oksigen kurang (tidak tersedia) proses respirasi
akan menjadi anaerobik. Dalam proses tersebut, asam piruvat akan dirubah
menjadi alkohol atau asam laktat. Respirasianaerob terjadi pada bagian akar
adalah ketika akar kehilangan Oksigen karena tanah tergenang air maupun banjir
(Poincelot, 1979).
Untuk tujuan yang lebih penting, tingkat respirasi dapat dinilai dan
diprediksikan sebagai konsep penggunaan pertumbuhan dan pemeliharaan respirasi.
Dalam proses ini (lebih dari proses biokimia) secara perbedaannya dapat
mengetahui proporsi dalam fotosintesis yang digunakan
untuk memberikan energi dalam hal melakukan sintesis terhadap struktur dan
penyusunnya serta proporsi energi yang digunakan dalam memperbaharui protein
yang telah mengalami degradasi (Milthorpe and Moorby, 1988).
Tingkat respirasi yang rendah telah dilaporkan terdapat pada benih yang
kering meskipun diartikan sebagai relatif karena benih tersebut memiliki kadar
air. Contohnya benih/biji yang sedang dalam penyimpanan keringmempunyai kadar
air 10-15% (Bewley and Black, 1983).
Gas CO2 langsung
bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya
konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka perbandingan
konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4. Dalam
kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- (Bhat, 1999).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu: 1) Faktor internal .
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2
yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada
buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan
semakin cepat. Produk yang lebih kecil ukurannya mengalami laju respirasi lebih
cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebih luas yang
bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam
jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju
respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif
2) Faktor eksternal . Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan
10°C. Pemberian etilen pada tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi
buah klimaterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan
karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat.
Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan
buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada
respirasinya
(Pantastico, 1993).
Mutu benih mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetis, serta memenuhi
persyaratan kesehatan benih. Mutu fisik benih diukur dari kebersihan benih,
bentuk, ukuran, dan warna cerah yang homogen serta benih tidak mengalami
kerusakan mekanis atau kerusakan karena serangan hama dan penyakit. Mutu
fisiologis diukur dari viabilitas benih, kadar air maupun daya simpan benih.
Mutu genetik dapat diukur dari tingkat kemurniannya(Mugnisyah dkk.,
1994) .
Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti gula
dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbon dioksida dan
air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan
sel untuk reaksi sintesa (Wills dkk., 1981).
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya
substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan
laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).
Laju respirasi menunjukan pentunjuk yang baik untuk daya simpan buah
setelah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya
metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai
potensi daya simpan buah. Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan
pengukuran perbandingan CO2 terhadap O2, dinamakan
Kuosien Respirasi(RQ). Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur
yang pendek. Hal ini merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya
sebagai bahan pangan (Phan dan Muchtadi , 1993).
Koefisien respirasi (KR) merupakan perbandingan antara CO2 yang
diproduksi dan O2 yang dikonsumsi, yang menggambarkan jenis nutrien
yang dipakai dan dimanfaatkan pada proses metabolisme untuk menghasilkan
energi. Nilai KR untuk metabolisme karbohidrat adalah 1,0; protein 0,8 dan
lemak 0,7 (Eckert, 1989).
Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria.
Proses ini bertujuan untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari
penggabungan ADP + Pi (fosfat anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase, dalam
rantai transfer elektron yang terdapat pada membran mitokondria. Peristiwa
aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer elektron
pada dasarnya adalah peristiwa Reduksi – Oksidasi (Redoks)
(Suyitno, 2006).
Kecambah melakukan pernafasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan
dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau
diperlukan dalam menghasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O)
dan sejumlah energi (Putra, 2010).
Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kadar CO2 kecambah kacang
hijau pada suhu yang berbeda. Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum ini adalah
mengenai bagaimana cara menentukan kadar CO2 kecambah kacang hijau pada suhu
yang berbeda-beda.
Metodologi
Praktikum mengenai transpirasi dilaksanakan
pada hari kamis tanggal 1 Mei 2014 pukul 12.30 WIB di Laboratorium Biologi FKIP
UNTAN. Adapun alat yang digunakan yaitu neraca analitik, pipet tetes, pipet
volume, bulb, buret, corong, erlenmeyer gelas ukur, gelas kimia, oven, statif
dan klem buret, serta botol selai. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tumbuhan
kecambah kacang hijau, NaOH 10 M, BaCl2 0,2 M, indikator PP, HCl 1M, kain
kassa, aluminium foil dan benang.
Langkah kerja pada praktikum ini
yaitu tumbuhan 10 M NaOH dimasukkan sebanyak 10 m kedalam selai
sebanyak 6 buah. Kacang hijau sebanyak 5 gr ditimbang kemudian dibungkus dengan
kain kassa dan dimasukkan kedalam masing-masing botol selai dengan keadaan
menggantung (jangan terkena NaOH). Aluminium foil ditutup dan ditutup dengan
botol selai. Ketiga botol selai dimasukkan kedalam oven dengan 40 ºC dan 3
botol selai lainnya diletakkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Setelah 24 jam
ambil 2 ml NaOH pada masing-masing botol selai lalu masukkan ke erlemeyer
ditambah 3 tetes indikator pp dan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml. Kemudian, dititrasi dengan HCl 1 M sampai
larutan berubah warna merah muda/pink.
Dithitung kadar CO2 dengan rumus
berikut.
Kadar CO2 = 1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
![]() |
1000 x V
sampel (NaOH)
Hasil Pengamatan
Tabel
hasil pengamatan kadar CO2 dengan titrasi
No.
|
Perlakuan
|
Volume HCl (ml)
|
Kadar CO2 (mg/l)
|
1.
|
Suhu ruang 250C
|
Ruang 1 : 11,5
|
Ruang 1 : 230
|
|
|
Ruang 2 : 13,7
|
Ruang 2 : 274
|
|
|
Ruang 3 : 11,5
|
Ruang 3 : 230
|
|
Rata-rata
|
18,35
|
244,67
|
2.
|
Dalam oven 400C
|
Oven 1 : 8
|
Oven 1 : 160
|
|
|
Oven 2 : 7,5
|
Oven 2 : 150
|
|
|
Oven 3 : 11,3
|
Oven 3 : 226
|
|
Rata-rata
|
8,93
|
178,67
|
Ruang 1
Kadar
CO2 =
=
= 230


Ruang 2
Kadar
CO2 =
=
= 274


Ruang 3
Kadar
CO2 =
=
= 230


Oven 1
Kadar
CO2 =
=
= 160


Oven 2
Kadar
CO2 =
=
= 150


Oven 3
Kadar
CO2 =
=
= 226


Pembahasan
Pada
praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar
CO2 kecambah kacang
hijau pada suhu yang berbeda. Kecambah melakukan
pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas
oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dan
menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan
sejumlah energi. Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui laju respirasi
dan menentukan kuosien respirasi dari tanaman kacang hijau (Phaseolus
radiatus). Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan
energi yang digunakan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta
perkembangan untuk menjadi sebuah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman,
maka makin besar pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya
memerlukan oksigen yang banyak pula. Kecambah
melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan
gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas
karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain: umur atau usia
organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang dilakukan, ukuran organisme itu
sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-rata
pernapasan (Dwidjoseputro 1986). Koesien respirasi (KR) ialah rasio
molekul (volume) CO2 yang dilepaskan oleh jaringan pada periode
waktu tertentu dan molekul (volume) O2 yang diambil (Tjondronegoro
2010). Besar kecilnya nilai koesien respirasi ini dipengaruhi oleh bahan atau
subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut
dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989). Setelah dilakukan pengamatan dan
perhitungan, maka didapatkan beberapa data yaitu nilai kadar CO2 diruang
1 sebanyak 230 ml, di ruang 2 sebanyak 274 ml, dan diruang sebanyak 230 ml. Sedangkan nilai kadar CO2 di
oven 1 yaitu 160 ml, di oven 2 yaitu 150 ml, dan di oven 3 yaitu 226 ml. Hasil
dari perhitungan selanjutnya yaitu volume dari CO2 di ruang 1 adalah
11,5 ml, di ruang 2 yaitu
13,7 ml, dan di ruang 3 yaitu 11,5 ml dengan rata-ratanya 18,35. Sedangkan pada
oven 1 didapatkan hasil 8 ml, di oven 2 didapat 17, 5 ml, dan di oven 3 didapat
11,3 ml dengan rata-rata keseluruhan 8,93 ml. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara
lain: umur/usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang dilakukan, ukuran
organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga
mempengaruhi rata-rata pernapasan. Untuk mengetahui bahwa kecambah kacang hijau
melakukan respirasi atau tidak, maka kita dapat mengamati tabung respirometer.
Jika kecambah kacang hijau dalam tabung berespirasi maka kita akan menemukan
uap air yang menempel dalam tabung respirometer, tetapi jika tidak ada uap air
itu artinya kecambah kacang hijau tidak berespirasi. Adanya uap air dijadikan
indikator respirasi karena dalam proses respirasi akan dilepaskan karbon
dioksida dan uap air. Dalam pengamatan ini kita harus teliti dalam mengoleskan
vaselin pada sumbat, jangan sampai ada rongga udara yang masih terbuka karena
hal ini bisa mengganggu pengamatan. Respirasi aerob pada pengukuran respirasi kecambah berarti diperlukan
oksigen dan dihasilkan karbodioksida serta energi. Sedangkan respirasi anaerob
berarti respirasi dengan kadar oksigen yang kurang atau tidak dan dihasilkan
senyawa selain karbodioksida seperti alkohol, asetildehida atau asam asetat
dengan sedikit energi. Adapun persamaan reaksi dari respirasi + KOH adalah :

Respirasi aerob pada pengukuran
respirasi kecambah berarti diperlukan oksigen dan dihasilkan karbodioksida
serta energi. Sedangkan respirasi anaerob berarti respirasi dengan kadar
oksigen yang kurang atau tidak dan dihasilkan senyawa selain karbodioksida seperti
alkohol, asetildehida atau asam asetat dengan sedikit energi.
Kesimpulan
Jadi,
kuosien respirasi merupakan satuan unit yang digunakan dalam perhitungan
rata-rata metabolisme dasar, yang diperoleh dari besarnya CO2 yang
dihasilkan dan O2 yang digunakan (diambil) dalam respirasi. Kuosien respirasi merupakan angka perbandingan
antara volume CO2 yang dibebaskan dengan volume O2 yang diabsorpsi secara
simultan oleh jaringan dalam periode waktu tertentu pada suhu & tekanan
tertentu (KR = Vol CO2 : Vol O2). ). Besar kecilnya nilai koesien
respirasi ini dipengaruhi oleh bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna
atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon,
1989). Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan, maka didapatkan beberapa
data yaitu nilai kadar CO2 diruang 1
sebanyak 230 ml, di ruang 2 sebanyak 274 ml, dan diruang sebanyak 230 ml.
Sedangkan nilai kadar CO2 di
oven 1 yaitu 160 ml, di oven 2 yaitu 150 ml, dan di oven 3 yaitu 226 ml. Hasil
dari perhitungan selanjutnya yaitu volume dari CO2 di ruang 1
adalah 11,5 ml, di ruang 2
yaitu 13,7 ml, dan di ruang 3 yaitu 11,5 ml dengan rata-ratanya 18,35.
Sedangkan pada oven 1 didapatkan hasil 8 ml, di oven 2 didapat 17, 5 ml, dan di
oven 3 didapat 11,3 ml dengan rata-rata keseluruhan 8,93 ml.
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Jakarta :Erlangga
Bewley, J.D. and M.Black.1983.Physiology and Biochemistry of Seeds. New
York :SpringerVerlag Berlin
Heidelberg
Bhat,V. 1999. Mass Transfer with Complex Chemical Reaction in Gas Liquid
system. Two
step Reversible
Reaction with unit stoichiometric and Kynetic Orders. Chemical Enggineering.
Brimble, L.J.F. 1960. Intermediate Botany. New York :Mc.Millan and Company Limited.ST Martin’s Press Inc.
Curtis,O.F. and D.G. Clark. 1950. An Introduction to plant Physiology. New York :Mc.Graw
Hill
Book Company Inc.
Eckert,R.,R.David and A.George. 1989. Physiology Mechanisme and Adaptation
Third Edition.
New York :Prentice and Hall.
Fitter,A.H. dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta. :Gadjah mada
University Press.
Gabriel,J.F. 2001. Fisika
Lingkungan. Jakarta :Hiprokates.
Kamariyani.
1994. Fisologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Miller, E.C.1991. Plant Physiology With Reference to The Green
Plant. New York :Tata Mc
Grrow Hill Book
Company Inc.
Milthorpe,F.L. and J.Moorby.1998. An Introduction crop PhysiologySeed
Second Edition.
Sydney :University Press.
Mohr,H. And P. Schopfer.1995. Plant Physiology. Berlin :Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
Mugnisyah,W.Q.,A.Setiawan,Suwarto,C.Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian
Bidang ilmu dan
teknologi Benih. Jakarta :Raja Grafindo Persada.
Njiyati,S. Dan Danarti. 1999. Palawija Budidaya dan Analisa Usaha
Tani. Jakarta :Penebar swadaya.
Pandey, S.N dan Sinha, B.K. 1995. Plant Physiology. New delhi :Vikas Publishing Pvt
Ltd.
Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta :Erlangga.
Tjitrosomo.1987.
Botani Umum 2. Bandung :Angkasa.
Tjondronegoro dkk. 2010. Penuntun Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Bogor: Biologi FMIPA
IPB Bogor.
Pantastico, E.R.B. 1993.
Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan
Sayur-Sayuran
Tropika dan Subtropika. Yogyakarta :UGM-Press.
Phan, L. dan D.Muchtadi. 1993. Fisiologi
Tanaman.Gadjah mada. Yogyakarta :University Press.
Poincelot,R.P. 1979. Horticulture
Principles and Practical Aplication. New Jersey :Prentice-Hall.Inc
Englewood Cliffs.
Purwono dan
R.Hartono. 2008. Kacang Hijau. Jakarta :Penebar Swadaya.
Salisbury dan C. W. Ross. 1995.
Fisiologi Tumbuhan. Bandung :ITB.
Suyitno.2006. Respirasi pada Tumbuhan. Diakses 23 November 2013.
Tjitrosomo,S.S. 1980. Botani
Umum. Bandung :Angkasa.
Wills, R.B.H., T.H. Lee, P.
Graham, W.B. McGlasson and E.G. Hall. 1981. Post Harvest : An
Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetable. Australia :New South
Wales University-
Press.
Komentar
Posting Komentar