LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN "TRANSPIRASI"

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPIRASI


 


Oleh:

Estamia Putri Hinely Siahaan

F05112057





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014



Abstrak

            Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis terhadap perubahan jangka  pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan. Transpirasi dari permukaan daun terutama sekali berlangsung melalui stomata disebut taranspirasi stomata. Sedangkan taranspirasi yang berlangsung dari permukaan kutikula disebut transpirasi kutikula. Sekitar  80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam  transpirasi. Transpirasi berperan di dalam pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel , penyerapan dan pengangkutan air dan zat  hara, pengangkutan asimilat , membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata dan mempertahankan suhu daun. Transpirasi dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan. Faktor dalam mempengaruhi transpirasi adalah jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaaan daun, tebal dan tipisnya kutikula. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah cahaya, suhu, kelembapan udara, angin dan kandungan air tanah. Oleh sebab itu, praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Dengan melakukan pengamatan pada tanaman Coleus dapat diketahui kecepatan transpirasi daun dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya menggunakan metode fotometri. Adapun alat yang digunakan yaitu fotometer dan bahan yang digunakan yaitu tumbuhan Coleus yang kokoh. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, laju transpirasi tanaman akan meningkat apabila tanaman diletakkan pada tempat didepan kipas angin dengan kecepatan yang tinggi. Sedangkan tanaman yang diletakan di atas meja,  tanpa dipengaruhi faktor apapun, kecepatan transpirasinya menjadi lebih rendah. Dari perlakuan diatas terlihat bahwa kecepatan transpirasi tanaman dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan.

Kata kunci : Faktor dalam, faktor lingkungan, metode fotometri, transprasi, transpirasi kutikula, transpirasi stomata.



Pendahuluan

            Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Lakitan, 2011).
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan ( Devlin, 1983 ).
            Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan. Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel (Dardjat, 1996).
            Karena sifat kutikula yang impermeabel terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relatif sangat kecil. Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering (Lovelles, 1991).
            Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain seperti ukuran daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata, termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat, 1996).
            Selain itu juga dipengaruhi oleh gradient potensial air antara tanah, jaringan dan atmosfer, serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya. Pembukaan stomata dipengaruhi oleh CO2, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air dapat dilakukan dengan mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat menekan laju kehilangan air, termasuk di antaranya mengatur konduktivitas stomata (Goldworthy, 1992)
Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi ( Michael, 1964 ).
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional ( Campbell, 2003 ).
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan yaitu jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata, (2) Faktor luar yaitu suhu, cahaya, kelembaban, dan angin ( Salisbury, 1992 ).
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen ( Gardner, 1991 ).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan  larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata (Loveless, 1991).
Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin ( Khairunnisa,  2000 ).
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan ( Jumin, 1992 ).
Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.  Pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun ( Purwanto, 2010 ).
Transpirasi efisiensi (TE) didefinisikan sebagai produksi biomassa per unit air terjadi, dan indeks panen. sebagai perbaikan TE berarti memaksimalkan produksi tanaman per unit penggunaan air, itu adalah salah satu komponen penting bagi meningkatkan ketahanan kekeringan. Meskipun TE telah diakui sebagai sangat relevan sifat, sejauh ini usaha yang sangat sedikit penelitian yang telah dibuat terhadap skrining lapangan untuk itu, terutama karena kesulitan dalam mengukur TE dalam metode skrining. Metode ini dikembangkan oleh  (Farquhar, 1982) untuk memperkirakan TE melalui pengukuran diskriminasi terhadap 13oC dengan daun selama fotosintesis, dan pembentukan hubungan yang erat antara karbon isotop diskriminasi dan TE di banyak kacang-kacangan tanaman seperti kacang, kacang tunggak, kacang tanah, dan kacang kedelai memiliki memberikan metode yang berguna skrining ( Kashiwagi, 2006 ).
Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan respon kontrol transpirasi dan pengaturan osmotik sel. Pada mekanisme ini, terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa membatasi fungsi enzim serta menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin dan betain, protein dehidrin (Setiawan, 2012).
             


            Percobaan ini bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum ini adalah mengenai bagaimana tumbuhan dapat melakukan proses transpirasi dan bagaimana cara mengukur transpirasi dengan metoda fotometri.
            Praktikum mengenai transpirasi dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12 April 2014 pukul 12.30 WIB di Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Adapun alat yang digunakan yaitu fotometer, sumbat karet berlubang, silet, ember kotak plastik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tumbuhan Coleus yang kokoh, air dan vaselin.
            Langkah kerja pada praktikum ini yaitu tumbuhan Coleus dengan batang yang kokoh dipilih, lalu bagian basal batang dipotong dan secepatnya tumbuhan dimasukkan ke dalam air. Kemudian ujung batang Coleus dimasukkan ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, fotometer diisi dengan air. Caranya dengan fotometer direndam dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya. Lalu sumbat karet (yang telah terisi oleh Coleus disisipkan ke dalam fotometer (masih dalam air). Gelas fotometer dipegang dengan baik saat memasukkan sumbat karet, hati-hati jangan sampai pecah. Kemudian, seluruh sistem fotometer diangkat dari air dan tempat pada penyokongnya. Lalu, diolesi dengan parafin di bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet jika diperlukan. Membiarkan sebentar Coleus untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. lalu menempatkan ujung tabung fotometer kedalam beaker glass. Pada saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung, maka pencatatan disiapkan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Lalu, diukur kecepata transpirasi minimal 3 kali dalam kondisi pada meja praktikum, di depan kipas angin, dan dibawah maahari terang benderang. Setelah pegukuran terakhir, bagian atas lamina Coleus diolesi dengan vaselin lalu diukur kembali dibawah sinar mataharitearang dengan 3 kali pengamatan. Kemudian bagian bawah lamina Coleus dengan vaselin dan diukur kembali dibawah matahari terang benderang.



Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan kecepatan transpirasi

No.
Perlakuan
Waktu (t) (sekon)
Jarak (s)
(mm)
Kecepatan (v) (mm/s)
1
2
3
Dimeja praktikum
Di depan kipas angin
Dibawah cahaya matahari
300
300
300
83,73
167,46
334,92
2,791 x 10-1 5,582 x 10-1
1,116
Catatan:  berdasarkan perhitungan langsung dari tabung fotometer  1 ml = 83,73 mm
Perhitungan:
1.      v =  =    =  0,2791 mm/s » 2,791 x 10-1 mm/s
2.      v =  =   =  0,5582 mm/s » 5,582 x 10-1 mm/s
3.      v =  =   =  1,1164 mm/s » 1,116 mm/s



             
Pembahasan

            Pada praktikum ini bahan yang digunakan berupa tumbuhan Coleus yang kokoh untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Pada pengukuran transpirasinya dengan menggunakan metode fotometer. Pada perlakuan pertama yaitu di meja praktikum. Dapat di lihat data pengamatan, bahwa kecepatan transpirasinya menjadi lebih rendah, karena tanpa adanya faktor lingkungan tetapi adanya faktor dalam yaitu jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaan daun serta tebal dan tipis kutikula. Pada perlakuan kedua yaitu di depan kipas angin. Kecepatan transpirasinya menjadi tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan di meja praktikum, karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya yaitu berupa angin. Hal tersebut sesuai dengan literatur yaitu menurut bahwa angin dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering ( kelembaban nisbinya lebih rendah ) dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Pada perlakuan ketiga yaitu di bawah cahaya matahari. Faktor luar yang mempengaruhinya berupa cahaya matahari. Dapat diketahui dari data tersebut bahwa pada tanaman Coleus yang diletakkan pada tempat yang memiliki cahaya matahari  mengalami pengurangan volume air yang menandakan terjadinya transpirasi , karena  sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempercepat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi. Dari data percobaan tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan di meja praktikum memiliki laju 2,791 x 10-1 , di depan kipas angin memiliki laju 5,582 x 10-1    dan dibawah cahaya matahari memiliki laju 1,116. Dari ketiga perlakuan tersebut, perlakuan yang paling cepat transpirasinya yaitu perlakuan didepan kipas angin karen ada faktor luar yang lebih besar yaitu angin. Transpirasi dimulai dengan penguapan oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Sel-sel yang menguapkan airnya tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam tempat tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak terbuka. Agar transpirasi dapat berjalan maka stomata harus terbuka, sehingga uap air yang berada di dalam rongga antar sel akan keluar ke atmosfir.  Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju pengangkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh dengan mengatur turgor optimum di dalam sel.



Kesimpulan


Jadi, dari hasil pengamatan yang dilakukan diketahui adanya proses transpirasi dari perlakuan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari terang benderang. Adanya perbedaan berupa kecepatan transpirasi yang tinggi di akibatkan faktor lingkungan. Angin dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering ( kelembaban nisbinya lebih rendah ) dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. Dari ketiga perlakuan tersebut, perlakuan yang paling cepat transpirasinya yaitu perlakuan didepan kipas angin karen ada faktor luar yang lebih besar yaitu angin

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.

Dardjat Sasmitamihardja dan Arbayah Siregar. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gardner. 1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Golsworthy, P.R and Fisher, N.M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
            Yogyakarta : Gadajah Mada Univ. Press.
Jumin. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press.

Kashiwagi. 2006. Relationships between Transpiration Efficiency and Carbon Isotope Discrimination in Chickpea (C. arietinum L). SAT eJournal  ejournal.icrisat.org. ( Vol 2 ) ( Hal 1 ).

Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas Pertanian USU.

Lakitan. 2007. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: PT Gramedia.

Michael. 1964. General Phisiology Kogasuma. Tokyo: Company.

Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Journal Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. Korespondensi : purwanto_msc@yahoo.com. Agrosains ( Vol 12).


Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan Fenologi